Apa itu Normalisasi?

 NORMALISASI

Normalisasi adalah proses pengorganisasian data dalam basis data agar memenuhi syarat tertentu yang dikenal sebagai bentuk normal. Bentuk normal tersebut memastikan bahwa data dalam basis data tidak mengalami redudansi dan inkonsistensi, sehingga basis data menjadi lebih efisien dan mudah diakses. Normalisasi dilakukan dengan membagi tabel menjadi beberapa tabel lebih kecil dan mengatur hubungan antara tabel tersebut dengan menggunakan kunci asing. Normalisasi dilakukan dalam beberapa tahap, dari bentuk normal yang lebih rendah hingga bentuk normal yang lebih tinggi.

 

Berikut ini adalah beberapa bentuk normal dalam normalisasi basis data:

  • Bentuk Normal Pertama (1NF): Setiap sel dalam tabel hanya berisi satu nilai, dan tidak ada nilai yang berulang dalam sel atau kolom yang sama.
  • Bentuk Normal Kedua (2NF): Tabel telah dibagi menjadi beberapa tabel lebih kecil dan setiap tabel memiliki satu kunci utama, sehingga menghindari adanya redudansi data.
  • Bentuk Normal Ketiga (3NF): Setiap atribut dalam tabel bergantung secara langsung pada kunci utama, sehingga menghindari adanya inkonsistensi data.
  • Bentuk Normal Keempat (4NF): Tabel telah dibagi menjadi beberapa tabel lebih kecil dan setiap atribut dalam tabel hanya bergantung pada kunci utama.
  • Bentuk Normal Kelima (5NF): Tabel telah dibagi menjadi beberapa tabel lebih kecil dan setiap kunci alternatif dalam tabel memiliki dependensi fungsional yang bersifat trivial pada kunci utama.

Dengan melakukan normalisasi basis data, pengguna basis data dapat memastikan bahwa basis data mereka efisien dan mudah diakses, serta meminimalkan kemungkinan adanya kesalahan dan inkonsistensi data.

Normalisasi dalam basis data tidak hanya memperbaiki struktur tabel, tetapi juga membantu untuk meminimalkan pengulangan data yang tidak perlu dalam database. Hal ini memungkinkan pengguna untuk mempercepat kueri, menghemat ruang penyimpanan, dan memastikan data yang konsisten dan akurat. Namun, proses normalisasi juga dapat memiliki beberapa kekurangan, seperti kompleksitas desain tabel yang lebih besar, waktu pengembangan yang lebih lama, dan kemungkinan hilangnya data jika normalisasi tidak dilakukan dengan benar.

 Dalam memutuskan seberapa banyak normalisasi yang harus dilakukan, pengguna basis data harus mempertimbangkan kebutuhan bisnis dan persyaratan fungsional. Normalisasi yang berlebihan dapat menyebabkan kinerja database yang buruk, sedangkan normalisasi yang tidak mencukupi dapat menyebabkan redundansi data dan kesalahan konsistensi.

Selain normalisasi, ada juga proses denormalisasi, yang melibatkan mengembalikan beberapa redundansi data ke dalam basis data untuk meningkatkan kinerja dan mengoptimalkan waktu pengembangan. Denormalisasi digunakan ketika kinerja basis data menjadi lebih penting daripada konsistensi data, dan harus dilakukan dengan hati-hati untuk menghindari kehilangan integritas data.

Berikut adalah contoh NORMALISASI dalam database :

Misalkan Anda memiliki sebuah tabel "Order" dengan kolom-kolom seperti ini:


Tabel ini tidak normal karena ada duplikasi data pada kolom-kolom "Customer Name" dan "Customer Address". Oleh karena itu, tabel ini dapat dinormalisasi dengan membuat dua tabel terpisah:

 

Table "Customers":


Table "Orders":

Dalam tabel "Customers", setiap pelanggan hanya muncul sekali, dan setiap pelanggan memiliki ID unik. Dalam tabel "Orders", kolom "Customer Name" dan "Customer Address" telah digantikan oleh kolom "Customer ID" yang merujuk ke tabel "Customers". Sehingga, duplikasi data dapat dihindari dan konsistensi data lebih mudah dipertahankan.

 

 

 




Komentar

Postingan populer dari blog ini

Apa Itu Java ?

Apa itu Git?

Apa itu TCL?